Kode Indonesia 2017: Kompetisi ‘Code-for-Career’ Terbesar Tahun Ini
Potensi pasar Indonesia memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan penetrasi internet yang mencapai 51 persen, pasar Indonesia yang ‘gemuk’ ini kemudian menjadi ajang bergumul para pemain di industri teknologi digital. Sampai-sampai, di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia memiliki proyeksi untuk menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara (The Digital Energy of Asia) pada tahun 2020. Melalui beberapa program, pemerintah melancarkan strategi menggeber startup untuk ekonomi digital. Diharapkan melalui program tersebut nantinya dapat terlahir 1,000 startup digital baru dengan total valuasi yang mencapai USD 10 miliar.
Saat ini berbagai perusahaan berbasis teknologi kian banyak bermunculan, mulai dari sektor jual-beli online sampai layanan penggadaian online. Tak heran, kebutuhan akan tenaga kerja yang menguasai Teknologi Informasi (IT) pun meningkat. Sayangnya, permintaan ini masih belum dapat terpenuhi hampi di semua lini kategori. Sehingga kemudian muncul beberapa spekulasi terkait Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia.“Indonesia kekurangan SDM di bidang teknologi.” “Kualitas SDM Indonesia kurang mumpuni.” “Daya saing digital Indonesia rendah.” Teori-teori di atas semakin diperkuat dengan banyaknya perusahaan teknologi yang lebih memilih untuk memperkerjakan tenaga IT dari luar negeri, seperti India dan Cina.
Padahal, potensi pasar digital Indonesia sama besarnya dengan kedua negara tersebut. Lantas, benarkah tenaga IT Indonesia tidak memiliki kualitas yang mumpuni? Well, Kalibrr memiliki pandangan yang berbeda. Sebagai perusahaan rekrutmen berbasis teknologi, Kalibrr kerap menyaksikan banyak talenta IT berbakat tanah air yang sebenarnya memiliki kualitas unggul namun tidak memiliki kanal atau platform yang dapat menghubungkan mereka dengan pihak-pihak terkait. Atas dasar inilah kemudian Kalibrr menyelenggarakan Kode Indonesia. Kode Indonesia 2017 merupakan sebuah kompetisi ‘coding’ yang memiliki misi bukan hanya untuk menjadi wadah bagi lebih dari 3,000 tenaga IT lokal untuk berlatih, berkompetisi, dan membangun relasi, tetapi juga untuk menghubungkan mereka dengan perusahaan-perusahaan teknologi ternama di tanah air.
Kompetisi yang berlangsung dari awal hingga akhir Oktober kemarin ini dibagi ke dalam tiga babak; yaitu dua babak penyisihan (online) dan satu babak final, dan merupakan hasil kerjasama dengan iDea, ANGIN dan @america serta disponsori oleh Bank BTPN, GO-JEK, Blibli.com, Accenture, Cartenz Group, Amazon Web Services dan Facebook. Sebanyak 50 peserta kemudian diberangkatkan dari daerah mereka masing-masing untuk berkompetisi di Menara BTPN, Jakarta, memperebutkan total hadiah senilai IDR 150 juta dan lebih dari 300 kesempatan kerja. Dan 10 diantaranya berhasil merebut gelar juara. Mereka adalah Ricky Sentoso, Pusaka Kaleb Setyabudi, Arnold Ardianto, Turfa Auliarachman, Fredy Ong, Archie Pusaka, Josua Aditya, Sidiq Tri Pratikto, Zetra, dan Ryan Ignatius. Melalui Kode Indonesia, Kalibrr mencoba menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak talenta IT berbakat yang sebenarnya memiliki potensi besar di industri ini, hanya saja memang belum terekspos.
Seperti hidden gem yang memang membutuhkan usaha ekstra untuk ditemukan, Kalibrr memberikan panggung dan kesempatan bagi mereka untuk dapat unjuk kebolehan dan menciptakan peluang bagi masa depannya masing-masing.“Beberapa programmer terbaik di dunia tidak memiliki ijazah formal, melainkan hasil dari pembelajaran secara otodidak. Di Indonesia, kita mempunyai lebih dari 115,000 orang yang memiliki keahlian dalam pemrograman, tetapi mereka jarang memiliki kesempatan untuk terhubung dengan perusahaan teknologi dan belajar langsung dari pakar-pakar di bidang ini.
Visi dari Kode Indonesia adalah untuk menciptakan sebuah sarana bagi seluruh programmer dari Aceh sampai Papua, untuk berkompetisi, menunjukkan kemampuan mereka serta memenangkan kesempatan berkarir di perusahaan teknologi,” jelas Sanuk Tandon, Country Head Kalibrr Indonesia. Berbicara mengenai hidden gem, salah satu peserta Kode Indonesia tahun ini adalah Yusuf Pangaribuan, seorang pemuda yang berasal dari daerah kecil di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Yusuf mengaku telah beberapa kali mengikuti kompetisi sejenis sebelumnya, tetapi ini adalah kali pertamanya terbang ke Jakarta untuk mengikuti kompetisi. Ketika ditanya, Yusuf mengekspresikan rasa senangnya terkait Kode Indonesia 2017 yang sudah memberikan kesempatan bagi pemuda-pemuda daerah sepertinya untuk berkompetisi dan menunjukkan bakatnya dalam kompetisi berskala nasional.“Indonesia sebenarnya memiliki banyak programmer yang kualitasnya tidak kalah dengan programmer asing, cuma memang belom terekspos saja.
Melalui Kode Indonesia, programmer lokal seperti saya dan teman-teman lain jadi memiliki kesempatan untuk membangun koneksi, tidak hanya di kalangan sesama programmer, tetapi juga dengan pakar teknologi di perusahaan terkemuka. Di wilayah kecil seperti Laguboti, kampung halaman saya, sulit untuk mendapatkan akses informasi tentang kompetisi semacam ini. Padahal, cukup banyak teman saya yang juga adalah seorang programmer. Kompetisi ini menunjukkan bahwa potensi programmer lokal untuk membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan, tersebar di seluruh pelosok negeri, termasuk daerah saya,” ujar Yusuf.
Sebagai salah satu dari sekian startup teknologi yang ada, Kalibrr bertujuan untuk menjadi bagian dari ekosistem yang tumbuh cepat untuk membantu mengembangkan lansekap industri teknologi di Indonesia. Melalui Kode Indonesia, Kalibrr secara aktif menunjukkan komitmennya dalam membentuk ekosistem yang lebih baik karena kami percaya bahwa pengembangan bakat yang hebat hanya bisa terjadi begitu ekosistem yang menaunginya baik juga. Ke depannya, Kalibrr berharap Kode Indonesia bisa secara konsisten membantu bakat-bakat terpendam lainnya untuk ditemukan.
No comment available yet!