Item terkait berdasarkan kata kunci pencarian Anda akan dicantumkan di sini.

Beranda>For Employer > 5 Cara Bangun Strategi Employee Experience di Era Pandemi
For Employer

5 Cara Bangun Strategi Employee Experience di Era Pandemi

Karina

Februari 01 • 8 menit membaca

Hingga per hari Minggu (31/1/2021), jumlah angka kasus infeksi COVID-19 di Indonesia telah mencapai 1,07 juta kasus dengan penambahan harian rata-rata dalam seminggu terakhir mencapai 12,6 ribu kasus. Dan hingga kini, walaupun vaksin telah disebar di beberapa daerah di Indonesia untuk tenaga kesehatan, masih belum ada tanda-tanda bahwa angka kasus infeksi COVID-19 di Indonesia akan menurun.

Tingginya kasus COVID-19, menjadi bukti bahwa pandemi ini masih menjadi tantangan di tahun 2021. Sektor-sektor vital kehidupan manusia pun mulai terganggu akibat pandemi, tidak terkecuali sektor usaha.

Kegiatan usaha yang semula dilakukan secara bersama di kantor, kini harus dilakukan masing-masing di tempat tinggal. Daya beli masyarakat masih berada di titik rendah, membuat perputaran ekonomi melambat. Banyak perusahaan yang juga gulung tikar akibat tidak sanggup melewati waktu krisis ini.

Pandemi membawa banyak implikasi bagi pekerja saat mereka berusaha menangani penyakit, rasa sedih, perasaan yang terisolasi akibat kurangnya komunikasi, gangguan kecemasan, hingga stres.

HR dan manajemen pun diuji kemampuannya untuk membimbing dan memandu pekerja dalam melewati waktu krisis ini. Beberapa HR dan manajemen mungkin sudah menemukan berbagai cara dan strategi untuk mempertahankan pekerja agar selalu terkoneksi satu sama lain dan berkolaborasi, serta mempertahankan budaya kerja walaupun dari jarak jauh. HR dan manajemen pun diharapkan untuk dapat memberikan rasa tenang kepada pekerja di tengah ketidakpastian ini.

Kebutuhan akan employee experience pun menjadi lebih penting lagi daripada sebelum pandemi. Belajar dari pengalaman untuk bangkit dan bertahan di tahun 2020, berikut terdapat beberapa strategi untuk tetap menegakkan dan memperkuat employee experience perusahaan di tengah waktu krisis yang masih berlanjut:

  1. Perdalam hubungan antar pekerja

Pandemi menguji budaya kerja sebuah perusahaan. Untuk mempertahankan budaya kerja dan terkoneksi satu sama lain ketika pekerja melakukan kegiatannya di tempat masing-masing awalnya mungkin mudah. Namun, lama-kelamaan, saking lamanya tidak bertemu, budaya kerja pun bisa perlahan tergerus waktu.

Agar budaya kerja dapat terus berjalan dan terbangun walaupun di tengah pandemi, HR dan manajemen bisa membuat kegiatan-kegiatan menyenangkan yang mengajak seluruh lapisan pekerja bertemu secara virtual dan tetap terhubung satu sama lain. HR juga bisa membuat regular check-ins untuk pekerja agar mereka dapat tetap fokus dan engaged.

2. Investasi untuk employee wellness

Pandemi COVID-19 menguras energi, fokus, hingga mental para pekerja, apalagi yang pekerja yang ekstrovert dan terbiasa bergaul pasti merasa disconnected. Sebagian mungkin merasa bahagia karena bisa bekerja dari rumah, sebagian lagi masih berusaha menyesuaikan diri.

HR dan manajemen bisa memberikan dukungan kesehatan mental dan well-being untuk pekerja dan rasa aman lewat empati dan memastikan bahwa resources untuk employee support selalu ada. Bangun juga hubungan yang positif antar pekerja untuk meningkatkan employee experience di masa pandemi.

3. Buat dinamika bekerja yang bersahabat dengan orang tua

Working from home tidak selamanya indah dan menguntungkan. Bagi yang masih single dan tidak memiliki kepentingan dalam mengurus rumah tangga, mungkin work from home menjadi cara bekerja yang mengasyikkan. Namun, beda cerita dengan ibu rumah tangga yang juga bekerja. Membelah fokus antara bekerja dan mengurus anak yang juga sedang berkegiatan di rumah tentu menguras emosi serta tenaga seorang ibu dan menjadikan mereka rentan akan burnout dan retensi.

HR dan manajemen bisa membangun budaya empati dan awareness yang memberikan fleksibilitas dan dukungan untuk orang tua yang sambil bekerja dan mengurus anak.

4. Buat gambaran luas tentang working purpose

Menurut penelitian yang dilakukan oleh McKinsey, pekerja yang punya tujuan dalam bekerja, memiliki kemungkinan untuk bertambah baik dalam menghasilkan pekerjaan dan lebih engage dengan pekerjaannya. Sayangnya, hanya 1 dari 3 pekerja yang merasa perusahaannya memberikan working purpose sejalan dengan visi dan misi perusahaan.

Untuk itu, penting untuk HR dan manajemen mengubah tatanan perusahaan dari “why” menjadi “how” dalam membangun dan meng-engage pekerja ke working purpose yang jelas. Tautkan “why” pada komunikasi antar HR dan manajemen ke pekerja. Bangun “how” dan “why” ini secara konsisten untuk menghasilkan penanaman working purpose yang cukup kepada pekerja.

5. Penuhi kebutuhan pekerja akan safety dan security

Ancaman dari virus COVID-19 masih menghantui benak setiap manusia yang ada di dunia. Ancaman tentang perubahan yang signifikan akibat COVID-19 juga menjadi ancaman yang nyata dan dikhawatirkan oleh pekerja untuk masa depan.

Untuk mengatasi efek dari ancaman-ancaman ini, HR dan manajemen bisa memberikan rasa keamanan dan kenyamanan kepada pekerja dengan menjadi pemimpin yang memiliki rasa empati dan awarenessterhadap pekerja. Selain itu, tunjukkan ketenangan dan sifat optimis juga dalam mengkomunikasikan permasalahan juga bisa membantu pekerja untuk memberikan rasa percaya kepada perusahaan–bahwa perusahaan dapat melewati situasi krisis ini.

Pandemi memang benar-benar menguji ketahanan dan kemampuan perusahaan dalam mengatur strategi yang paling tepat agar tetap menjadi yang terbaik, bagi customer atau pekerjanya. Namun, pandemi juga memberi kesempatan bagi HR dan manajemen untuk me-reset lagi budaya kerja dan memperkuat budaya kerja agar lebih baik.

HR dan manajemen juga bisa membangun lagi employee experience yang positif dan mendukung pekerja dalam memberikan yang hasil kinerja terbaik bagi perusahaan. Employee experience tidak datang dan terbangun secara random. Employee experience merupakan hasil dari pembangunan budaya kerja yang terbentuk selama bertahun-tahun dan turun-temurun dari pekerja ke pekerja.

CTA

Artikel ini dilansir dari HR Executive, McKinsey, dan Talent Culture.

Bagikan via:

Tentang Penulis

Hello, my name is Karina and I work as a freelance contributor at Kalibrr. I enjoy reading self-improvement books and working out. Lebih Lanjut Karina

Komentar (0) Kirim Komentar

Belum ada komentar yang tersedia!