4 Langkah Desain Employee Experience Terbaik
Pekerja milenial yang kini mendominasi usia produktif di Indonesia memasuki era, yang mana mereka memiliki ekspektasi bahwa sebagai pekerja yang mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, mereka berhak untuk mendapat pengalaman terbaik, sama seperti customer.
Bahkan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh KPMG, menyebut bahwa employee experience bisa mempengaruhi customer experience secara langsung.
Employee experience pun menempati urutan tiga teratas saat ini sebagai inisiasi HR yang paling penting dan tren ini disebut masih akan berlanjut 2 hingga 3 tahun ke depan. Dalam survei yang dilakukan. Sembilan puluh tiga persen dari HR eksekutif yang disurvei oleh KPMG pun percaya bahwa employee experience merupakan prioritas utama yang strategis untuk perusahaan.
Walaupun pemutusan hubungan kerja dan gelombang pencari kerja besar-besaran sedang terjadi akibat banyaknya usaha yang gulung tikar akibat pandemi COVID-19, namun di dalam pasar pencari kerja, permintaan akan keterampilan khusus masih tinggi. Perusahaan yang telah memiliki pekerja keterampilan khusus pun enggan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja.
Namun, pekerja-pekerja dengan skill khusus ini, juga ingin mendapatkan pengalaman bekerja yang bermakna bagi mereka. Pekerja ingin perusahaan menghargai kinerja mereka, dan dapat mengeksplorasi kemampuan mereka dan meningkatkan kemampuan mereka lebih lagi.
Untuk mempertahankan pekerja-pekerja terbaik ini, manajemen pun harus berkolaborasi dengan HR untuk mendesain employee experience yang lebih menarik dan mencakup kebutuhan pekerja.
Dalam hasil studi yang dipublikasi oleh IBM Institute for Business Value, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan HR dan manajemen untuk mendesain employee experience dan menambah pengalaman pekerja lebih positif lagi, antara lain:
TOPICS
1. Gunakan data analitik untuk mendengar masukan pekerja
Employee experience memang sesuatu yang subjektif, di mana setiap pekerja pasti menginginkan employee experience yang lebih intim dengan dirinya sendiri. Namun, HR dan manajemen harus memastikan employee experience dapat mewakili kebutuhan setiap pekerja dan divisi yang ada.
Data analitik dapat membantu HR dan manajemen dapat melakukan strukturisasi employee experiencelewat masukan-masukan yang diberikan pekerja lewat survei yang disebar.
Data analitik yang didapat dari survei employee experience dapat berguna untuk mengembangkan wawasan tentang employee experience divisi tertentu, mengidentifikasi kebutuhan yang penting dipenuhi dari employee experience, dan mengatasi permasalahan yang terkait dengan produktivitas pekerja.
2. Investasi pada key touchpoints employee experience
Membuat perubahan pada employee experience seringkali membutuhkan investasi pada siklus hidup pekerja dan memberi dampak nyata terhadap mereka.
Memahami relevansi employee experience yang berbeda dalam perusahaan dapat membantu HR dan manajemen dalam mempertimbangkan strategi dan budaya kerja perusahaan. Lewat pertimbangan strategi dan budaya kerja ini, HR dan manajemen dapat dengan tepat menginvestasikan employee experience agar lebih berdampak kepada pekerja.
3. Bangun employee experience yang modern
Kini, semua pekerjaan sudah dilakukan secara digital dan terintegrasi satu sama lain. Employee experience pun dituntut untuk dapat bergerak ke dunia digital dan perlu terkoneksi dengan seluruh pekerja yang ada dari semua level.
Modernisasi penting bagi sebuah perusahaan, juga untuk kegiatan yang ada di dalamnya, termasuk penerapan employee experience. Hal ini dapat dimulai lewat memiliki Chief Digital Officer, untuk memimpin proses digitalisasi employee experience serta mengaitkannya secara digital dengan customer experience.
4. Rancang employee experience dengan desain yang cepat dan efektif
Kecepatan dan efektivitas merupakan poin penting dalam menerapkan customer experience. Kecepatan dan efektivitas juga penting dalam menerapkan employee experience.
Untuk dapat menerapkan desain employee experience, HR dan manajemen harus memahami karakteristik pekerja terlebih dahulu. Kemudian, temukan permasalahan dan tantangan yang dialami pekerja dalam bekerja. Selanjutnya, HR dan manajemen bisa mengembangkan solusi untuk memecahkan permasalahan yang dialami pekerja yang efektif dan berlaku segera. Terakhir, dapatkan feedback dari pekerja dan perbaiki solusi agar bisa dilakukan secara berkelanjutan.
Jika HR dan manajemen masih ragu dalam menerapkan employee experience, HR dan manajemen bisa melakukan introspeksi dengan pertanyaan sebagai berikut:
- Bagaimana employee experience mempengaruhi attraction dan retensi dari pekerja yang memiliki posisi strategis dan kritis?
- Bagaimana HR dan manajemen bisa meningkatkan produktivitas dan efektivitas lewat employee experience?
- Apakah employee experience yang diterapkan di perusahaan mempengaruhi customer experience?
- Siapa yang bertanggung jawab atas penerapan employee experience? Bagaimana orang/tim tersebut dapat mewakili permasalahan employee experience yang ada?
- Metrics apa yang digunakan dalam menganalisis keberhasilan dan efektivitas dari employee experience?
Belum ada komentar yang tersedia!