Transformasi Teknologi Pasca Pandemi Bantu Akselerasi Digital Di Indonesia
Tak dapat disangkal bahwa saat ini kita tengah menghadapi pergeseran zaman, yakni pergeseran menuju era digital. Semakin banyak perusahaan telah menjadikan IT sebagai salah satu aset penting mereka untuk menjalankan perusahaan. Selain kemudahan dalam pengelolaannya, penggunaan IT dalam proses bisnis juga dapat memotong biaya operasional dan ternyata munculnya pandemi covid – 19 telah mengakselerasi proses digitalisasi ini.
Ekonomi memburuk, pembatasan pergerakan manusia, dan akses yang minim membuat perusahaan mulai mengadopsi teknologi untuk tetap bertahan dan menjadikan posisi kerja terkait hal itu berpotensi meningkat setelah pandemi.
Dalam survei oleh World Economic Forum (WEF) di tahun 2020 lalu, ditemukan langkah perusahaan di Indonesia yang paling banyak dilakukan untuk menghadapi pandemi adalah 91,7% menerapkan kebijakan bekerja dari rumah kemudian 75% mempercepat digitalisasi dan otomatisasi. Sebuah fakta yang juga menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia semakin mantap menggunakan teknologi dalam proses produksi. Dari langkah tersebut WEF juga mencatat sepuluh posisi kerja yang berpotensi paling banyak dibutuhkan perusahaan usai pandemi dengan lima pekerjaan tertinggi ditempati oleh :
- Data analyst and scientists
- Spesialis big data
- Spesialis AI dan machine learning
- Digital marketing and strategy specialist
- Renewable energy engineers.
Mendukung survei dari World Economic Forum tersebut, Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker) juga melakuan survei yang menunjukkan 18,7% perusahaan membutuhkan pekerja profesional penjualan, pemasaran, dan humas setelah pandemi. Selanjutnya, 13,5% perusahaan membutuhkan pekerja penjualan lainnya. Sebanyak 4,4% perusahaan mengaku membutuhkan teknisi operasi TIK dan pendukung pengguna.
Akselerasi digital di Indonesia ditandai dengan makin meratanya daya saing digital antarprovinsi di Indonesia. Pemerataan tersebut tampak dari kenaikan skor median indeks daya saya saing digital (EV-DCI) dari 27,9 pada 2020 menjadi 32,1 pada 2021 dilansir dari Media Indonesia.
Berdasarkan temuan dari perhitungan indeks EV-DCI, terdapat dua faktor yang menjadi pendorong perkembangan dan pemerataan daya saing digital di Indonesia di tengah pandemi, yakni :
1. Pembangunan infrastruktur yang makin merata
Hal ini ditunjukkan dengan naiknya skor infrastruktur menjadi 54,3 pada 2021 yang terlihat juga dalam peningkatan rasio desa yang mendapatkan sinyal 3G dan 4G, rasio rumah tangga yang memiliki sambungan telepon tetap, serta tingkat gangguan listrik.
2. Peningkatan pengeluaran untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
Meningkatnya pengeluaran dalam hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk Indonesia di seluruh provinsi yang menggunakan layanan maupun transaksi berbasis digital.
Transformasi ini juga merupakan hasil kerja gotong royong seluruh pihak seperti pemerintah dan perusahaan – perusahaan yang telah mendorong agar segala macam hambatan yang muncul akibat pandemi Covid-19 dimanfaatkan sebagai momentum dalam mempercepat transformasi digital. Teknologi adalah salah satu kunci agar Indonesia lebih efisien dan produktif. Dengan begitu, diharapkan ekonomi digital Indonesia akan melesat setelah pandemi bisa teratasi.
Belum ada komentar yang tersedia!