Dear HR, Ini 4 Cara Bentuk Internal Branding Perusahaan
Hubungan yang sehat dan erat tidak hanya harus dijaga antara konsumen, klien, atau kandidat berkualitas yang menjadi harapan dari sebuah perusahaan. Lebih dari itu, sebuah perusahaan juga harus menjaga engagement yang sehat dan erat dengan pekerjanya, dimulai dari level terbawah hingga yang paling atas. Untuk menjaga dan mengelola engagement yang sehat dan erat ini diperlukan usaha dari HR dan manajemen untuk melakukan internal employer branding atau internal branding.
Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, di mana pekerja dan perusahaan akan semakin saling bergantung satu sama lain untuk tetap bertahan di situasi yang tidak menentu dan sulit. Pekerja dan perusahaan merupakan dua entitas yang tidak dapat terpisahkan dan saling membutuhkan.
Tanpa adanya pekerja yang mumpuni, perusahaan sulit untuk “survive” di situasi seperti sekarang, begitu pula pekerja, tanpa adanya perusahaan yang merekrut, pekerja juga sulit untuk “survive” di situasi seperti sekarang.
Sayangnya, menurut survei yang dilakukan Harvard Business Review, sebanyak 58 persen pekerja ternyata lebih memiliki engagement erat dengan rekan kerja yang berada di perusahaan lain, dibandingkan perusahaan sendiri. Hal ini terjadi, karena pekerja sungkan terhadap manajemen perusahaannya sendiri, ditambah dengan kemudahan komunikasi jarak jauh yang bisa dilakukan pekerja antar perusahaan. Hubungan yang seharusnya dibina antara manajemen dan pekerja pun jadi tidak terbina dan terbengkalai.
HR pun harus bisa mewakili dan menjembatani engagement yang sehat dan erat antara pekerja dan manajemen. Ada lima cara yang bisa digunakan HR untuk membangun dan membentuk internal branding perusahaan agar hubungan sehat dan erat antara kedua tonggak sebuah perusahaan tersebut bisa selalu terpelihara dengan baik:
TOPICS
1. Tentukan kebutuhan pekerja
Rasanya cukup aneh terdengar bila sebuah perusahaan mengaku sudah mengetahui secara lengkap kebutuhan pekerja untuk tetap bahagia dan loyal terhadap perusahaan. Padahal, kebutuhan ini bervariasi pada setiap individu dan pekerjaan yang mereka emban.
Sebagai HR, Anda bisa mulai untuk mengetahui kebutuhan pekerja yang dapat membuat mereka bahagia dan loyal dengan membuat pembicaraan one-on-one informal. Survei pun bisa membantu Anda menentukan kebutuhan pekerja apa yang paling dibutuhkan sekarang oleh pekerja.
Seperti contoh, pekerja muda mungkin lebih membutuhkan kesempatan belajar keterampilan baru dan penguasaan keterampilan yang baru, sedangkan pekerja yang sudah berusia lebih tua lebih membutuhkan stabilitas dalam pekerjaan dan penerimaan manfaat seperti uang pensiun dan asuransi kesehatan.
2. Seimbangkan kebutuhan bekerja dan kebutuhan hidup pekerja
Semua orang di dunia ini, tanpa terkeculi, membutuhkan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat. Ini artinya, HR harus mengambil langkah untuk menyesuaikan waktu kerja pekerja agar seimbang dengan waktu istirahat.
HR bisa ambil langkah paling mudah dengan membuat kegiatan di luar lingkup pekerjaan, seperti membuat acara outing untuk pekerja, memberikan manfaat dalam bentuk wellness program, memberikan ucapan selamat pada pekerja yang berulang tahun, atau memberikan kemudahan bagi pekerja untuk cuti.
3. Bangun komunikasi terbuka dan jujur
Komunikasi merupakan bagian kritis untuk menjadi dasar dari terbentuknya internal branding antar pekerja, manajemen, dan HR. Manajemen dan HR harus berkomitmen untuk berkomunikasi dengan pekerja secara reguler dan terbuka serta apa adanya.
Jika sebuah perusahaan terbuka kepada pekerjanya dan selalu memberikan informasi apa adanya, perusahaan tersebut membuka kemungkinan lebih besar untuk membangun hubungan yang kuat dan sehat antar manajemen, HR, dan pekerja.
Keuntungan membangun komunikasi yang terbuka dan jujur pun banyak, salah satunya meningkatkan loyalitas pekerja, meningkatkan produktivitas pekerja, hingga mengurangi angka turnover dan ketidakpuasan pekerja terhadap perusahaan.
4. Ukur, monitor, dan informasikan hasil internal branding
Menurut Management Study Guide, internal branding yang efektif dan sukses tidak hanya sekadar melakukan tracking lewat survei terhadap performa pekerja, namun juga kepuasan pekerja terhadap manajemen dan HR.
Hasil survei yang manajemen dan HR buat tentang internal branding pun ada baiknya disampaikan kembali kepada pekerja. Seringkali, survei hanya disebar kepada pekerja dan diisi oleh pekerja, tanpa mereka tahu hasilnya seperti apa, dan apa yang harus diperbaiki dari mereka.
Internal branding membutuhkan keterampilan untuk memproses seluruh engagement yang ada di perusahaan. Mengerti akan kebutuhan dan keinginan pekerja dan mempertemukannya dengan kebutuhan dan keinginan manajemen merupakan pondasi utama internal branding. Maka dari itu, people skills dari seorang HR sangat dibutuhkan untuk menjaga dan memelihara engagement yang sehat dan erat baik secara vertikal atau horizontal di tubuh perusahaan
Segala bentuk pengukuran dari efektivitas internal branding harus dilakukan secara berkelanjutan dan juga sering. Seiring dengan hasil yang diterima HR dan manajemen setiap mengadakan survei, HR dan manajemen juga harus terus melakukan perbaikan dan penyesuaian kegiatan internal branding agar bisa mengakomodasi kebutuhan pekerja dan perusahaan.
Artikel dilansir dari Chron, Vantage Circle, dan Beekeeper.
Belum ada komentar yang tersedia!