Kalibrr Communities 2019: Kiat-kiat Mencari Talenta IT Terbaik
Pada tanggal 27 Februari, Kalibrr mempersembahkan Kalibrr Communities pertama di tahun 2019 ini. Kalibrr Communities merupakan sebuah acara kumpul-kumpul eksklusif untuk para praktisi HR di Jakarta. Mengusung tema “How to Identify Great Software Engineers”, Kalibrr mengundang Wijayawati Yip selaku VP-Jenius Scrum Master dari PT Bank BTPN Tbk., dan Yudistira Sanggramawijaya, COO dari Payfazz.
Dalam sesi yang dikemas dalam bentuk diskusi panel ini, Permata Indwita, selaku Country Strategy and Program Management dari Kalibrr Indonesia memoderatori jalannya diskusi. Selagi partisipan menikmati makan malam, kedua pembicara berbagi mengenai tiga aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan untuk menarik software engineer yang cocok dengan perusahaan mereka.
TOPICS
Pentingnya Komunikasi: Dari Startup hingga Korporat
“Yang jelas, kita harus tahu dulu apa yang dibutuhkan oleh perusahaan kita terlebih dahulu.” ucap mbak Wiwi—panggilan akrab Wijayawati—mengingat kembali akan perjalanan karirnya yang juga termasuk dalam tim pembentukan Jenius. Menurutnya, mencari orang yang tepat dimulai terlebih dahulu dari kita sendiri sebagai pemimpin proyek; apakah kita sudah tahu tujuannya apa? Dari situlah kita bisa melihat strategi besarnya, dan melihat apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut dengan lebih efisien.
Baik mbak Wiwi maupun mas Sanggra—sapaan akrab Yudistira—merasa bahwa yang terpenting adalah sebagai seorang HR kita harus tetap fleksibel dan terbuka dengan berbagai usulan. “Penting juga untuk terus berkonsultasi dengan user. Dalam konteks ini, user adalah mereka yang menggunakan layananmu. Sebagai seorang rekruter, maka user-mu bisa jadi adalah orang finance, IT, dan sebagainya.” jelas mas Sanggra. Beliau juga memperjelas akan pentingnya komunikasi ini tidak hanya sebatas saat proses rekrutmen tapi juga sampai tahap-tahap selanjutnya.
Pentingnya Menerapkan Teori Agile untuk Menciptakan Cross-functional Team
Mbak Wiwi juga memperkenalkan kepada para partisipan akan pentingnya mengaplikasikan teori agile agar dapat menciptakan sebuah pribadi dan tim yang dapat bekerja secara cross-functional. Hal ini juga disetujui oleh mas Sanggra, akan pentingnya sebuah tim yang terdiri dari banyak spesialisasi. “Memang tantangan selanjutnya adalah masalah komunikasi.” mas Sanggra menambahkan. Mbak Wiwi juga menambahkan mengenai definisi Cross-functioning team, sebuah konsep tim yang terdiri dari anggota dengan kemampuan dan spesialisasi yang berbeda-beda dan bekerja untuk memenuhi satu tujuan.
Bagaimana Cara Menemukan Kandidat IT yang Tepat dari CV Mereka?
Ketika sudah menemukan spesialisasi yang dibutuhkan ini, maka selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah tentang bagaimana, dari sisi sang rekruter, dapat melihat hal yang sebenarnya sangat menentukan dari CV seorang software engineer. “Ketahui dulu apa yang dibutuhkan dalam pembuatan programnya. Bisa jadi menggunakan bahasa programming yang spesifik dan orang-orang yang memiliki kemampuan inilah yang dibutuhkan.” para pembicara juga menambahkan, pentingnya untuk melihat portofolio melalui situs seperti GitHub. Bagian portofolio sangat penting terutama bila pelamar adalah seorang fresh graduate yang belum memiliki pengalaman profesional.
Menambah pengetahuan dalam bidang-bidang spesifik, dan memperbanyak komunikasi dengan para user akan memudahkan rekruter untuk meningkatkan kemampuan teknis dan wawasan. “Di sini jugalah pentingnya sebuah cross-functional team, dengan rekruter yang dekat dengan user akan membuat proses shortlisting lebih akurat, dan pastinya kandidat yang masuk akan lebih relevan karena para user dilibatkan dari semua tahap perekrutan.” ucap mas Sanggra, yang juga menyinggung tentang Payfazz ingin menuju tim dengan konsep yang agile dan mampu untuk menjadi cross-functional.
Namun tetap, yang terpenting dalam mencari kandidat yang relevan, apalagi untuk kebutuhan yang spesifik, komunikasi menjadi yang krusial. Baik mbak Wiwi dan mas Sanggra menekankan hal ini berulang kali.
Cara Jenius Mengatasi Generation Gap dalam Proses Rekrutmen
Dalam sesi tanya jawab, ada sebuah pertanyaan menarik dari salah satu partisipan, yaitu tentang adanya perbedaan preferensi dalam karir, terutama dalam pandangan tentang lama waktu bekerja di suatu perusahaan. Bagi kebanyakan orang, fresh graduates dinilai cenderung sulit untuk berkomitmen.
Bagi mbak Wiwi, hal ini merupakan suatu bentuk generation gap, dan di balik hal yang sudah seakan menjadi ‘tren’ ini, mbak Wiwi kembali menekankan pentingnya komunikasi. “Hal ini bisa saja terjadi karena ada perbedaan tujuan.” Perlu diingat bahwa komunikasi, terutama berbagi visi dan tujuan, dapat menjadi awal mencari titik tengah.
Terima kasih Mbak Wiwi, Mas Sanggra, dan para praktisi HR yang sudah bergabung dalam acara Kalibrr Communities! Sampai jumpa di lain acara!
Mau cari tahu lebih lanjut lowongan di BTPN dan Payfazz? Silakan klik di sini karir BTPN dan karir Payfazz
Belum ada komentar yang tersedia!