Storytelling adalah salah satu skill yang harus dimiliki oleh praktisi HR di era digital
Proses rekrutmen adalah soal pilihan, namun berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh MRI Network, saat ini HR atau User bukan lagi pihak yang paling berkuasa dalam memilih kandidat, tetapi kandidatlah yang memilih kesediaannya bekerja di perusahaan apa atau bekerja dengan siapa. Menurut hasil riset tersebut, diketahui bahwa 90% rekruter menyatakan bahwa kandidat mempunyai otoritas penuh untuk menolak tawaran yang diberikan.
Untuk meningkatkan peluang diterimanya tawaran yang diberikan perusahaan kepada kandidat, ada aspek lain yang perlu disampaikan kepada kandidat yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi kandidat tersebut, seperti nilai-nilai perusahaan atau Employee Value Proposition yang menjadi brand uniqueness perusahaan. Agar pesan dari keunikan brand perusahaan tersampaikan secara efektif, diperlukan adanya pendekatan komunikasi yang terencana yang dinamakan sebagai Employer Branding. Secara singkat, Employer Branding adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengomunikasikan uniqueness atau employer brand-nya. Hal tersebut yang menjadikan employer branding menjadi hal yang sangat krusial dalam pemenangan di era Talent War.
400 Perusahaan di Indonesia telah mengikuti surveiKalibrr mengenai tanggapan mereka tentang seberapa penting Employer Brandingbagi sebuah perusahaan. Baca laporan lengkapnya di sini!
Para talent, terutama kalangan milenial dan generasi yang lebih muda, ingin merasa terhubung dengan tempat mereka bekerja. Mereka melihat value dalam tiap tindakan dan ingin memiliki hubungan yang bermakna dengan apa yang mereka kontribusikan pada pekerjaannya, jadi tidak hanya sekadar datang kerja lalu menerima upah. Karenanya, cara yang paling mudah dan efektif untuk memasarkan employer brand yang dipilih mayoritas perusahaan dewasa ini adalah secara internal dengan influencer terbaik mereka – tak lain adalah karyawan mereka sendiri untuk berbagi pengalaman emosional bekerja di perusahaan. Menceritakan pengalaman emosional dalam bekerja di suatu perusahaan merupakan salah satu pendekatan yang maknyus dalam aktivitas employer branding perusahaan.
Di era media sosial, semua orang bisa melihat dan mengakses informasi secara bebas dan terbuka. Tidak bisa dipungkiri testimoni atau cerita pengalaman bekerja paling menentukan baik buruknya suatu employer brand. Employer brand yang positif jika tidak diimbangi dengan cara penyampaian yang personalized dan human-touched tentu hasilnya tidak akan maksimal. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk menyampaikan brand secara personalize dengan sentuhan humane adalah dengan menggunakan Storytelling. Tak ayal lagi jika storytelling merupakan komponen penting dari strategi talent acquisition dalam menarik calon-calon pelamar terbaik di masa yang akan datang.
Dalam berkisah haruslah menghadirkan wawasan eksternal yang realistis (bukan fiktif), yang benar-benar nyata, berhubungan dengan rasa atau pengalaman yang dialami langsung oleh karakter di lingkungan kerja yang mana kisah tersebut tidak hanya asal menarik atau yang penting viral, namun tiap jenis konten harus terdapat benang merah yang jika ditarik akan ada kesesuaian pada “company values” yang dapat membuat talenta terbaik untuk tertarik dengan nilai perusahaan. Membuat konten yang seperti itu merupakan salah satu hal penting dalam aktivitas employer branding. Maka pastikan narasi yang dibangun dapat dengan jelas mengartikulasikan employer brand sebagai pembeda dari perusahaan pesaing Anda.
Storytelling itu sendiri merupakan gabungan dari art dan science, karena itu diperlukan adanya riset dan strategi yang tepat untuk sukses membangun employer brand yang mempunyai reputasi. Untuk melakukan riset tersebut bisa dimulai melalui observasi internal dengan menggunakan alat bantu seperti survei terlebih dahulu untuk menemukan Employee Value Proposition atau EVP (rangkaian unique value untuk memengaruhi kandidat secara positif) yang paling nyata dirasakan dan disukai oleh karyawan. Lebih lanjut EVP sangat memengaruhi resonansi dari storytelling yang menjadi magnet minat para kandidat terbaik untuk bergabung. Dengan kata lain, EVP merupakan inti dari sebuah employer brand perusahaan yang dikomunikasikan melalui aktivitas employer branding.
Setelah EVP tersebut dapat diidentifikasi, aktivitas berikutnya adalah membentuk tim kecil yang membuat program-program yang membangkitkan hasrat para karyawan untuk berpartisipasi. Partisipasi karyawan di media sosial mereka masing-masing adalah praktik terbaik dalam aktivitas employer branding saat ini. Salah satu contoh program yang menarik adalah dengan menyediakan “panggung” bagi para ‘internal influencer’ untuk berbagi dan berkolaborasi dengan sesama karyawan internal. Aktivitas tersebut kemudian dijadikan konten yang menarik dan mendapat exposure media perusahaan dan media lainnya. Liputan kegiatan karyawan seperti ini biasanya menjadi salah satu aktivitas employer branding yang mendapatkan engagement tertinggi.
Jika membicarakan tentang format konten, di era kecepatan internet yang semakin bertambah saat ini, tentunya format terbaik adalah video yang dipadu dengan narasi ciamik. Adanya keterlibatan mereka di konten akan membuat audiens dengan sukarela berbagi dengan connection masing-masing. Jika hal ini dilakukan dengan tepat dan kontinu, tentu saja akan mendongkrak employer brand perusahaan.
Salah satu cara untuk mengatur distribusi konten apa saja yang mencitrakan employer brand secara positif yang paling wajib dilakukan pihak perusahaan (HR) adalah dengan menghadirkan media sosial sebagai cara perusahaan berkomunikasi dengan audiens eksternal mereka. Cara tersebut bisa dilakukan dengan membuka dan mengelola akun Instagram, LinkedIn dan kanal YouTube, lengkap dengan hashtags dan tagline sebagai pembeda. Di sinilah peran penting HR untuk menjadi Marketer yang terampil dalam memanusiakan brand, dan dengan kehadiran media sosial, peran mereka pun bertambah menjadi “Mimin” yang aktif dan ramah, content creator yang kreatif dan yang pasti sudah tidak jamannya lagi HR menjadi institusi yang tertutup dan kaku.
Tantangan terbesarnya adalah tidak semua perusahaan mampu membangun budaya yang “menjual” karena banyak pimpinan perusahaan tidak menyadari pentingnya agilitydalam merespon perubahan. Terlebih para pucuk pimpinan tidak menyadari bahwasanya pembentukan budaya dimulai secara top to down, yaitu dimulai dari pola perilaku para pimpinan yang diturunkan ke dasar organisasi dan akhirnya menjadi budaya.
Jika HR mau disebut sebagai Agent of Change, maka ia harus mampu memiliki kemampuan persuasi dan meyakinkan top management akan pentingnya mengelola reputasi employer brand di luar perusahaan, serta memberikan pandangan bahwa usaha dan biaya yang dikeluarkan untuk semua program yang bermuara pada employee service experience adalah sepadan di era ‘tarik menarik’ kandidat terbaik saat ini.
Narasi bisa dibangun demi reputasi digital, namun employee service experience itu sendiri yang menjadi faktor penentu utama keberhasilannya. Tanpa “rasa dimanusiakan”, visi misi perusahaan hanya sekadar sebagai hiasan dinding direksi, dan employer branding ibarat panggung kampanye tanpa program nyata dan tim sukses.
Penulis:
Roh Budianto
Kalibrr adalah sebuah perusahaan teknologi rekrutmen yang bertujuan untuk mentransformasi pengalaman kandidat dalam mencari kerja dan cara perusahaan dalam merekrut talenta terbaiknya. Dengan mengedepankan pengalaman kandidat dalam tiap elemen rekrutmen, kami konsisten memikat talenta-talenta berbakat dari berbagai belahan dunia, dengan lebih dari 5,5 juta profesional di talent pool saat ini dan akan terus bertambah. Kalibrr menghubungkan mereka dengan perusahaan yang membutuhkan pemimpin bagi generasi selanjutnya.
Sebagai satu-satunya penyedia jasa solusi rekrutmen end-to-end di Asia Tenggara, Kalibrr memiliki kantor pusat di Mekati, Filipina, dan juga kantor-kantor yang beroperasi di San Fransisco, California, dan Jakarta. Hadir sejak tahun 2012, Kalibrr telah membantu lebih dari 18.000 klien serta disokong oleh inkubator start-up terbaik di dunia dan para pemodal ventura, seperti Y Combinator, Omidyar Network, Patamar Capital, Wavemaker Partners, dan Kickstart Ventures.
Untuk konsultasi bisnis dan rekrutmen lebih lanjut, silakan kunjungi dan ikuti media sosial Kalibrr Indonesia di Instagram dan LinkedIn.
Belum ada komentar yang tersedia!