Related items based on your search keywords will be listed here.

Home>For Employer > 5 Tanda Pekerja Burnout Akibat Pandemi
For Employer

5 Tanda Pekerja Burnout Akibat Pandemi

Karina

March 04 • 6 min read

Usia pandemi COVID-19 di Indonesia sudah lewat dari setahun. Tepat 2 Maret 2020 tahunlalu, Indonesia mengumumkan kasus pertama dan kedua dari pandemi yang awalnya merebak di Wuhan, Tiongkok. Kini, Indonesia masih berjibaku menangani kasus yang hari demi hari bertambah sambil melakukan pencegahan lewat sosialisasi protokol kesehatan dan vaksinasi yang dibagi dalam beberapa tahap.

Sudah setahun pula, masyarakat tidak dapat beraktivitas dengan normal. Bagi yang biasa bekerja di kantor, kini sebagian atau bahkan seluruh pekerja diminta untuk bekerja dari rumah serta membiasakan diri untuk menjaga jarak dengan orang lain.

Tentu, bukan hal yang mudah untuk dapat menyesuaikan diri dengan bekerja di rumah, apalagi jika memiliki anggota keluarga lain yang tinggal serumah.

Sejak istilah work from home menjadi kebiasaan baru pekerja, istilah job burnout pun semakin populer di kalangan pekerja. Lebih dari sepertiga pekerja yang disurvei oleh Pew Research pada Maret-April 2020, mengaku mengalami stres tingkat tinggi di saat-saat tertentu ketika kebijakan jaga jarak diberlakukan pemerintah demi menekan angka penyebaran COVID-19.

Burnout sendiri merupakan fight or flight response dari tubuh yang dikeluarkan dari kelenjar hormon hypothalamic pituitary, kelenjar inilah yang mengeluarkan hormon stres dari tubuh. Stres ini yang menyebabkan tubuh mengalami gejala-gejala sakit fisik akibat stres seperti sakit kepala, otot leher yang tegang, sakit sendi, permasalahan pencernaan, gangguan depresi dan kesepian, dan masih banyak lagi.

Kelenjar ini pula yang kini bekerja dengan aktif ketika pekerja dihadapkan dengan keputusan bekerja dari rumah akibat pandemi dalam waktu yang cukup lama.

Kira-kira apa saja ciri-ciri job burnout akibat pandemi yang berkepanjangan?

  1. Waktu tidur yang berantakan

Jika pekerja alami waktu tidur yang berantakan–entah kebanyakan waktu untuk tidur atau kekurangan waktu tidur–ini bisa jadi pertanda dari burnout akibat pandemi. Baiknya, waktu tidur malam itu sekitar sembilan setengah jam.

2. Minum atau merokok yang berlebihan

Sejak work from home, pekerjaan memang seringkali harus dikerjakan hingga lewat dari batas waktu kerja biasanya. Workload pun terasa lebih penuh dari membuat pekerja mudah terserang stres dan burnout. Minum alkohol dan merokok pun jadi pelarian pekerja untuk dapat menghadapi hari-hari yang sulit ini.

3. Menarik diri

Orang yang terkena burnout akibat work from home yang berkepanjangan biasanya menarik diri dari lingkungan pergaulan sekitar. Pekerja akan merasa terputus hubungan atau disengagement dari rekan kerja dan perusahaan tempatnya bekerja dan merasa sendiri dalam menghadapi pekerjaan.

4. Tidak memiliki tujuan hidup/bekerja

Agar semangat dalam menjalani pekerjaan, pekerja harus memiliki tujuan yang ingin dicapai. Sayangnya, pandemi membuat pekerja kehilangan tujuan dan semangatnya, karena merasa hal yang dilakukan tidak bermakna dan tidak banyak  hal yang dapat dilakukan.

Misalnya, pekerja pariwisata yang biasanya menuntut mereka untuk berinteraksi dengan orang banyak. Sejak pandemi, banyak dari mereka yang dirumahkan. Hal ini pun membuat mereka kehilangan tujuan pekerjaan dan pastinya bingung akan kepastian masa depan mereka.

5. Lari dari tanggung jawab

Banyak orang yang kini berjuang melawan generalized anxiety disorder. Generalized anxiety disorderini ditandai dengan rasa prihatin yang berlebihan dan terus-menerus atas masalah yang hidup alami sehari-hari. Pekerja akan memiliki rasa takut berlebihan, seperti takut dipecat, takut melakukan kesalahan fatal dalam pekerjaan seperti kabur dari tanggung jawab pekerjaan dan menghindari pekerjaan.

Hal ini semata dilakukan agar terhindar dari ketidakpastian tersebut atau menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpastian itu sendiri.

Gejala dan terpapar virus COVID-19 memang mengerikan. Namun, harus diingat, ada dampak berkepanjangan dari pandemi yang juga harus diperhatikan seperti burnout.

Burnout yang berkepanjangan, tidak hanya dapat mengganggu kesehatan fisik dari pengidapnya. Burnout yang berkepanjangan dan tidak tertangani dengan baik, dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang nantinya bisa mengganggu aktivitas keseharian masyarakat.

CTA

Artikel dilansir dari Huffington Post, Everyday Healthy, dan Amtrust Financial.

Share Via:

About The Writer

Hello, my name is Karina and I work as a freelance contributor at Kalibrr. I enjoy reading self-improvement books and working out. More about Karina

Comments (0) Post Comment

No comment available yet!