3 Cara Cegah Meningkatnya Angka Turnover Karyawan Pasca Lebaran
Momen Hari Raya Idul Fitri atau lebaran memang telah usai. Tapi bayang – bayang turnover karyawan pasca lebaran harus siap dihadapi oleh para HR. Apalagi jika tingkat turnover tinggi atau meningkat dari periode sebelumnya, HR harus menyiapkan strategi dan cara agar mencegah terjadinya hal ini. Fenomena turnover ini cukup sering terjadi khususnya di hari – hari libur yang cukup lama, jika di Indonesia biasanya terjadi saat Hari Raya Idul Fitri maka di negara lain seperti Eropa atau Negara Barat, fenomena ini biasanya terjadi saat liburan akhir tahun dan natal.
Istilah turnover mengacu pada sejumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan kemudian digantikan oleh karyawan baru. Meskipun pergantian karyawan adalah hal yang biasa tapi tingkat turnover yang tinggi tentunya bukan hal yang baik bagi perusahaan. Di mana tingkat turnover ini seringkali digunakan dalam memprediksi dampak pada produktivitas, layanan pelanggan, dan semangat kerja di perusahaan. Tingkat turnover atau keluar masuk karyawan menjadi cermin bagi sebuah perusahaan. Jika tingkat turnover tinggi maka image perusahaan pun dianggap kurang baik di masyarakat.
3 cara berikut dapat menjadi acuan bagi para HR untuk mencegah meningkatnya angka turnover pasca lebaran :
TOPICS
1. Apresiasi
Apresiasi berarti sebuah penghargaan atau penilaian baik terhadap sesuatu. Dalam dunia kerja bentuk apresiasi bisa bermacam – macam, mulai dari pujian, reward, bonus, liburan dan bentuk – bentuk kegiatan pengembangan karyawan pun juga bisa dikatakan termasuk dalam apresiasi. Kegiatan pengembangan karyawan seperti training skill, webinar membuktikan bahwa perusahaan menunjukkan perhatiannya pada perkembangan karyawan berharap memiliki hubungan jangka panjang.
Cara apresiasi ini dipercaya sebagai salah satu cara ampuh dalam menekan tingkat turnover karyawan. Karyawan yang merasa diapresiasi atau dihargai baik kehadiran atau kerja kerasnya seringkali memiliki loyalitas yang tinggi kepada perusahaan dan selalu berusaha memberikan hasil terbaik untuk perusahaan.
2. Lingkungan Kerja Yang Positif
Lingkungan kerja yang positif, hangat dan kekeluargaan adalah impian setiap orang bukan?
Menyediakan lingkungan kerja yang positif termasuk juga rekan kerja yang suportif dan workflow yang jelas akan membuat karyawan mampu bekerja nyaman, kreatif dan produktif. Dengan lingkungan kerja yang positif seringkali membuat karyawan bertahan karena merasa sudah memiliki “hubungan” di dalamnya. Jika lingkungan kerja tidak positif atau katakanlah sering terjadi konflik atau kondisi yang tidak kondusif maka dapat menyebabkan karyawan tidak betah dan memilih meninggalkan perusahaan. HR dan perusahaan diharapkan mampu memberikan lingkungan kerja yang positif kepada karyawan agar mendapatkan pengalaman kerja yang menyenangkan.
3. Value Perusahaan
First impression matter. Saat pertama kali masuk suatu perusahaan seringkali kita dikenalkan dengan yang namanya value atau nilai – nilai perusahaan. Keberadaan value ini sangat penting mengingat fungsinya yang dijadikan sebagai landasan atau dasar perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Penting bagi HR untuk memberikan pengetahuan terkait value perusahaan dan tentunya memberikan contoh terkait hal tersebut. Karena value perusahaan kerap berbanding lurus dengan sense of belongings atau rasa memiliki. Sense of belonging dapat dijadikan cara untuk mencegah terjadinya turnover pasca libur lebaran yang marak terjadi. Selain itu, dengan sense of belongings yang tinggi juga dapat menjadikan karyawan memiliki performa yang baik dan bertahan lama di perusahaan.
Artikel ini dilansir Sleek, Chron, dan QM Financial
No comment available yet!