Mengatasi Great Resignation dan Quiet Quitting di Dunia Kerja
Fenomena Great Resignation dan Quiet Quitting menjadi dua tren besar yang memengaruhi dunia kerja beberapa tahun terakhir. Istilah Great Resignation menggambarkan gelombang besar pekerja yang meninggalkan pekerjaan mereka secara sukarela, sementara Quiet Quitting mengacu pada pekerja yang secara mental mundur dari pekerjaannya tanpa benar-benar berhenti, dengan melakukan pekerjaan seminimal mungkin. Kedua fenomena ini menimbulkan tantangan besar bagi perusahaan, terutama dalam hal mempertahankan talenta terbaik dan menjaga produktivitas.
Apa yang sebenarnya menyebabkan kedua fenomena ini terjadi, dan bagaimana perusahaan bisa mengatasinya?
TOPICS
Penyebab Terjadinya Great Resignation dan Quiet Quitting
- Kelelahan dan Burnout Selama pandemi COVID-19, banyak pekerja yang merasa terbebani dengan pekerjaan, terutama dengan meningkatnya waktu kerja di rumah. Jam kerja yang lebih panjang, tekanan untuk tetap produktif di tengah ketidakpastian, dan kurangnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menyebabkan kelelahan fisik maupun mental.
- Ketidakpuasan Terhadap Lingkungan Kerja Banyak pekerja merasa lingkungan kerja mereka tidak mendukung pertumbuhan profesional atau kehidupan pribadi. Misalnya, kurangnya kesempatan untuk berkembang, tidak adanya apresiasi, atau budaya kerja yang toksik. Ini mendorong mereka untuk keluar dari pekerjaan atau, dalam kasus quiet quitting, mereka tetap bertahan namun hanya melakukan pekerjaan sesuai deskripsi tanpa motivasi lebih.
- Pergeseran Nilai Pandemi mengubah perspektif banyak pekerja tentang apa yang penting dalam hidup. Pekerja mulai lebih memprioritaskan kesehatan, keluarga, dan keseimbangan hidup. Nilai-nilai ini bertentangan dengan tuntutan kerja yang tidak seimbang, sehingga banyak yang memilih untuk resign atau mengurangi upaya dalam pekerjaan mereka.
Dampak Terhadap Perusahaan
Kedua fenomena ini berdampak signifikan pada operasional perusahaan. Gelombang pengunduran diri besar-besaran menyebabkan kekurangan tenaga kerja, sementara quiet quitting berujung pada turunnya produktivitas dan hilangnya motivasi di antara para karyawan. Selain itu, biaya untuk merekrut dan melatih karyawan baru juga meningkat drastis. Perusahaan perlu menyadari bahwa kedua fenomena ini bukan hanya masalah individu, melainkan sinyal dari ketidakpuasan yang lebih besar dalam organisasi.
Strategi Mengatasi Great Resignation dan Quiet Quitting
Untuk mengatasi kedua fenomena ini, perusahaan perlu mengubah pendekatan mereka terhadap manajemen sumber daya manusia dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Fokus Pada Kesejahteraan Karyawan
Menciptakan budaya yang peduli terhadap kesejahteraan karyawan adalah langkah penting. Program kesehatan mental, fleksibilitas waktu kerja, dan dukungan untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat membantu mengurangi risiko burnout dan keinginan resign.
2. Berikan Kesempatan Pengembangan Karier
Banyak karyawan resign atau melakukan quiet quitting karena merasa tidak ada ruang untuk berkembang. Memberikan pelatihan, mentor, dan jalur karier yang jelas dapat meningkatkan motivasi karyawan dan membuat mereka merasa dihargai. Hal ini juga membantu menciptakan loyalitas karyawan.
3. Budayakan Penghargaan dan Apresiasi
Apresiasi yang tulus dapat meningkatkan rasa kepuasan dan motivasi kerja. Pekerja yang merasa usahanya diakui cenderung lebih setia dan bersemangat dalam bekerja. Penghargaan ini tidak selalu harus berupa bonus finansial, namun bisa juga berupa pengakuan publik, hadiah kecil, atau bahkan kesempatan untuk mengambil proyek yang menarik.
4. Ciptakan Komunikasi Terbuka
Salah satu cara terbaik untuk mencegah quiet quitting adalah dengan mendorong komunikasi terbuka antara karyawan dan manajer. Karyawan harus merasa nyaman untuk menyuarakan kekhawatiran mereka tanpa rasa takut. Manajer juga perlu mendengarkan dan menindaklanjuti umpan balik tersebut.
5. Adaptasi Model Kerja Fleksibel
Pandemi telah memperkenalkan fleksibilitas kerja jarak jauh atau hybrid. Mempertahankan model kerja yang fleksibel memungkinkan karyawan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, sehingga mengurangi stres dan kelelahan.
Great Resignation dan Quiet Quitting adalah tanda bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memperbaiki cara kerja tradisional. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan, pengembangan, dan apresiasi, perusahaan bisa mengatasi masalah ini secara efektif. Karyawan yang merasa didukung dan dihargai akan lebih mungkin untuk bertahan dan berkontribusi maksimal, sehingga menghasilkan produktivitas dan loyalitas jangka panjang.
Dalam dunia kerja yang semakin dinamis, perusahaan perlu beradaptasi dengan kebutuhan karyawan agar dapat terus berkembang dan menghadapi tantangan masa depan.
Belum ada komentar yang tersedia!