7 Tren HR dan Pekerja Setelah Pandemi Berakhir
Sudah lebih dari sembilan bulan lamanya masyarakat dunia diminta untuk berdiam dan beraktivitas dari rumah, tidak membuat kerumunan, menjaga jarak satu sama lain, selalu menggunakan masker, hingga selalu melakukan disinfektan setiap selesai bepergian keluar rumah. Semua dilakukan demi menjaga satu sama lain agar tetap sehat dan meminimalisir kemungkinan terjangkit virus COVID-19 yang mulai mewabah sejak Januari 2020 lalu.
Syukurnya, pada Desember awal kemarin, beberapa perusahaan farmasi mulai membeberkan hasil dari perlombaan mereka dalam menyediakan vaksin bagi virus yang mudah menular ini. Bahkan, per tanggal 9 Desember 2020 kemarin, di Inggris sudah mulai melakukan vaksin. Indonesia sendiri sudah mendapat kiriman vaksin sebanyak 1,2 juta dosis pada Minggu, (6/12) dan diperkirakan akan melakukan vaksin mulai Januari 2021 akhir.
Walaupun secercah harapan bahwa masyarakat dunia akan terbebas dari virus ini sebentar lagi, tidak ada satu pun orang di dunia ini yang tahu pasti kapan wabah akan berakhir. Maka dari itu, semua orang kini hanya bisa bertahan dan mencoba beradaptasi sambil berdamai dengan tata kehidupan baru yang tercipta akibat pandemi. Termasuk kehidupan perkantoran.
Perusahaan tentu akan melakukan beberapa penyesuaian sampai kehidupan akan kembali normal. Begitu pula dengan divisi human resource, yang akan mencoba terus mengevaluasi dampak dari setiap keputusan perusahaan yang melibatkan pekerja dan strategi untuk bertahan dan tetap beroperasional. Menurut survei yang dilakukan Gartner, 32 persen perusahaan akan mencoba mengganti pekerja full time dengan pekerja kontrak atau outsourcing.
Lalu, aspek-aspek apa saja yang diperkirakan akan berubah setelah pandemi COVID-19 berlalu? Simak daftarnya di bawah berikut:
TOPICS
1. Meningkatnya budaya remote working
Beberapa perusahaan dunia, seperti Netflix, Microsoft, Fujitsu dan Amazon sudah mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan remote working jangka panjang untuk pekerjanya setelah pandemi selesai. Survei yang dikumpulkan oleh Gartner pada April 2020 juga menunjukkan 75 persen dari pemimpin perusahaan akan memindahkan 5 persen dari pekerja mereka untuk bekerja secara remote setelah pandemi berakhir. Selagi perusahaan mempertimbangkan kebijakan ini, pekerja pun diminta untuk mengeksplorasi kompetensi mereka dalam dunia digital dan bersiap untuk beradaptasi dengan strategi perusahaan yang baru.
2. Meningkatnya pekerja outsourcing
Ketidakpastian ekonomi akibat pandemi menjadi latar belakang meningkatnya permintaan perusahaan akan pekerja outsourcing alias pekerja kontrak dan mengurangi pekerja full-time. Selain akibat ketidakpastian ekonomi, perusahaan juga melihat bahwa pekerja outsourcing lebih fleksibel dalam mengerjakan beberapa tugas sekaligus. Namun, HR tetap diharapkan untuk terus memantau performa pekerja outsourcing dengan membandingkannya dengan pekerja full-time untuk memastikan performa pekerja mana yang lebih efektif untuk perusahaan.
3. Meningkatnya penggunaan data
Remote working membuat HR mulai menggunakan metode digital untuk tetap memantau dan memastikan pekerja tetap bekerja dengan performa terbaiknya. Menurut survei Gartner, 16 persen dari HR menggunakan teknologi untuk memonitor pekerja lewat absen virtual, lamanya penggunaan komputer, serta sirkulasi email dan komunikasi. Monitor yang dilakukan HR juga menyasar pada aspek engagement pekerja dan kesehatan mental pekerjanya, agar HR mendapat gambaran yang cukup mengenai pengalaman kerja para pekerja.
4. Kesadaran akan employee wellness
Pandemi membuat pekerja dan HR sadar akan pentingnya kesehatan pekerja, mulai dari aspek finansial, fisik, hingga mental pekerja. Beberapa perusahaan bahkan memperbaiki dan menambah jumlah cuti sakit untuk pekerjanya, memberikan bantuan finansial, serta menyesuaikan jam kerja untuk pekerja-pekerjanya. Selain itu, pandemi membuat pekerja sadar akan pentingnya pengalaman bekerja yang baik bagi mereka. Manfaat yang diberi perusahaan seperti bantuan konsultasi psikolog hingga dokter bisa menambah pengalaman baik selama bekerja bagi pekerja.
5. Petinggi perusahaan akan lebih transparan
Mewabahnya COVID-19 membuat pekerja menyadari pentingnya transparansi perusahaan. Pekerja dan kandidat mulai belajar untuk menilai perusahaan dari kebijakan demi kebijakan yang mereka ambil untuk menanggulangi dampak dari COVID-19 terhadap kelangsungan hidup pekerjanya dan perusahaan. Kebijakan ini yang nantinya dapat berdampak jangka panjang kepada employment brand perusahaan. Beberapa perusahaan mulai menerapkan komunikasi yang terbuka dan menunjukkan bahwa perusahaan memperhatikan pekerjanya yang terdampak implementasi baru yang diterapkan perusahaan.
6. Perubahan gaya kerja
Jika pada 2019, 55 persen perusahaan fokus utama perusahaan adalah mengubah gaya kerja jadi lebih efisien dan berfokus pada perampingan peran dan memperbaiki alur kerja untuk meningkatkan efisiensi, maka pada 2020, sejak pandemi melanda, perusahaan mengubah fokus mereka, yaitu untuk bertahan dan responsif terhadap peruabahan yang mendadak. Fleksibilitas dan kelincahan merupakan nilai utama yang ditanamkan perusahaan untuk pekerja dan kandidatnya agar pekerja dapat bekerja dengan tugas yang lebih fleksibel.
7. Upskilling dan reskilling pekerja
Penggunaan teknologi digital yang meluas ke semua ranah penting dalam bekerja akibat pandemi membuat perusahaan memikirkan cara-cara inovatif sebagai solusi untuk menyampaikan pesan kepada pekerja dan kandidat. Pekerja pun diharapkan perusahaan untuk dapat meningkatkan skill mereka dalam penggunaan teknologi untuk memudahkan pekerjaan mereka.
Ketujuh aspek ini diperkirakan akan menjadi modal utama dari perusahaan untuk bersiap menghadapi situasi setelah pandemi berlalu. Tentu saja, poin-poin ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan setelah pandemi berakhir.
Selama seminggu ke depan, Kalibrr akan merangkum beberapa prediksi dan tren HR serta perkembangan dunia pekerjaan untuk menyambut tahun yang baru. Ikuti terus informasi dan artikel yang akan diunggah ke blog Kalibrr serta Instagram di @kalibrrhub.
Artikel ini dilansir dari Gartner, Talent Culture, dan SAP.
No comment available yet!